SUDAJI KAMPUNG HALAMANKU

SUDAJI KAMPUNG HALAMANKU
TEMPLATE

Senin, 22 Januari 2018

GOA SUDAJI

Di sebelah utara wilayah desa Sudaji, tepatnya di Subak Juwuk, banjar Bantas terdapat goa yang letaknya cukup tersembunyi dan selama ini belum pernah diperbincangkan di kalangan umum. Goa ini terletak di pinggir sungai Penarukan dan dikelilingi semak belukar yang merupakan area perkebunan milik masyarakat setempat. Untuk mencapai tempat ini, kita dapat mencapainya dengan sepeda motor dari jalan aspal dekat Pura Sang Peta. Lebih kurang 500 meter dari bersepeda motor karena jalannya hanya setapak dan dibeton. Kemudian kita harus berjalan kaki menuju pinggiran sungai. Ada sekitar 3 buah goa utama yang terdapat disini. Konon goa ini dibangun pada saat era penjajahan Belanda. Goa ini dipakai untuk bersembunyi bagi para pejuang untuk menghindari penangkapan dari tentara Belanda dan juga bergerilya bagi para pejuang.
Cerita lain menyebutkan bahwa goa ini juga dipakai saat terjadi Revolusi tahun 1963 ketika meletus pemberontakan G30SPKI.

Goa ini jarang dimasuki oleh orang-orang sehingga masih  tampak alami dan kelihatan menyeramkan. Beberapa hewan kecil seperti reptil dan serangga menghuni goa ini. Juga terdapat sarang kelelawar. Sepertinya ada juga sekali-sekali binatang landak masuk ke tempat ini, terbukti dengan adanya jebakan berupa lubang dan tali yang dibuat oleh penduduk setempat.

Struktur tanah yang berupa tanah paras (cadas tanah yang tidak terlalu keras) memungkinkan dibuatnya goa ini karena mudah untuk digali atau dicongkel.

Uniknya, goa ini juga dibuat untuk saluran air yang menghubungkan sungai tertentu agar airnya  dapat lewat ke bagian wilayah tertentu.









Jumat, 19 Januari 2018

KUE LEMPOG SUDAJI

Kue Lempog Sudaji terbuat dari ketela singkong, umumya singkong warna kuning.
Seperti kue atau jajanan tradisional lainnya, kue ini banyak dijual di pasar tradisional di desa Sudaji. Masyarakat sangat menyukainya karena rasanya yang empuk dan legit ditambah parutan kelapa dan diisi gula cair aren (juruh) membuat suasana pagi sambil menikmati kopi terasa sangat mengesankan.
Harganya pun relatif murah, yaitu sebungkus jaje lempog seharga Rp. 5.000,-





LOTENG PANGI SUDAJI

Pangi adalah nama buah lokal yang dalam bahasa Jawanya disebut Kluwek dan dalam bahasa Latin dinamakan Pangium Edule, yang mana kini semakin langka. Bisa jadi karena nilai ekonomisnya yang kurang prospektif. Namun keberadaannya masih bisa ditemukan di beberapa daerah pedesaan, seperti di Desa Sudaji, Buleleng Bali ini. Buah pangi ini dipakai untuk penganan sebagai tambahan lauk untuk makan nasi. Di pasar tradisional Sudaji masih ada beberapa pedagang yang menjualnya dan masyarakat generasi tua sangat menyukainya.

Penganan yang terbuat dari buah Pangi ini disebut Loteng Pangi. Bentuknya seperti kue biskuit berdiameter lebih kurang 3 - 4 cm dengan ketebalan 1 - 1,5 cm. Berwarna coklat tua dan bertekstur lembek.

Cara membuatnya adalah sebagai berikut : Isi/daging buah Pangi (yang dinamakan Jelajah) dikeruk dan dikumpulkan dalam satu wadah, kemudian diulek dengan bumbu (garam, terasi, bawang, cabai, temu kunci). Setelah cukup halus lalu adonan pangi mentah dibentuk seperti kue biskuit bulat, kemudian dijemur beberapa saat (kurang lebih 1 jam) dan setelah itu siap digoreng dengan minyak kelapa. Loteng Pangi siap disajikan. Selamat menikmati.



Jelajah pangi (daging buah pangi)

 Loteng Pangi siap saji


Pohon dan Buah Pangi


Jumat, 12 Januari 2018

BANTEN PAJEGAN SUDAJI

Banten Pajegan atau Gebogan adalah bentuk sesajen yang menyerupai gunungan menjulang yang terdiri dari rangkaian buah-buahan, jajanan dan hiasan lainnya. Gebogan dibuat dan dipersembahkan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa sebagai rasa syukur atas segala rahmat dan kesejahteraan yang telah dianugerahkan kepada umatnya menurut keyakinan agama Hindu Bali. Tinggi rendahnya ukuran gebogan atau pajegan tergantung dari kemampuan dan keikhlasan yang menghaturkannya. Biasanya ukuran untuk gebogan itu antara 50 cm sampai 3 meter (namun pada tahun 2017 saat piodalan di Pure Maspait Banjar Dukuh pernah ada yang membuat banten pajegan dengan ukuran lebih kurang 5 meter.....luar biasa!!!)

Banten Pajegan atau Gebogan umumnya dikerjakan dan diusung oleh wanita untuk dibawa ke pura dari rumah tempat tinggalnya. Apabila ukuran pajegan sangat tinggi sehingga sangat susah untuk dibawa ke pura, maka pajegan tersebut akan dikerjakan langsung di pura.
Pada saat piodalan di suatu pura atau saat suatu keluarga mempunyai upacara keagamaan, maka tukang banten yang sudah terkenal dan piawai merangkai pajegan akan mendapat pesanan untuk mengerjakan banten pajegan. Satu banten pajegan berukuran 2 meter bisa menghabiskan biaya kira-kira Rp. 500.000 sampai Rp. 1.000.000,-  Biaya itu untuk membeli aneka buah-buahan dan bahan-bahan lainnya serta ongkos pembuatnya.

Rangkaian banten Gebogan itu dibuat sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat cantik dan menarik bagi siapapun yang melihatnya.
Pada bagian paling bawah sebagai tatakan atau penyangga adalah Dulang atau bokor besar. Kemudian ditengahnya ditaruh batang pisang tegak berdiri untuk menancapkan rangkaian buah yang diberi wadah bokor kecil-kecil. Buah-buahan yang besar dan keras kulitnya (misalnya : buah ental (siwalan), semangka, melon  atau jeruk bali) ditaruh paling bawah, kemudian buah berukuran sedang sesuai bentuk dan ukurannya dipasang diatasnya (misalnya ; mangga, jeruk, buah naga, wani, apel, pir, rambutan, duku, anggur  dll), . Pada bagian atas dirangkai berbagai jenis kue atau jajanan lokal seperti kue apem aneka warna atau telor dan ada tumpeng. Ada juga rangkaian kue ucur khas Sudaji dan daging ayam serta bahan pangan lainnya. Dan yang paling atas adalah  jejahitan canang yang terbuat dari janur (daun kelapa muda) yang menyerupai mahkota dan dihiasi bunga-bunga aneka warna.