Bukakak atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Pekakak" adalah ritual tahunan yang dilaksanakan setelah Piodalan di Pura Desa. Ritual ini disungsung oleh Krama Subak sedesa Sudaji sebagai bentuk rasa syukur kepada Dewa Wisnu sebagai pemelihara. Ritual ini adalah perwujudan rasa syukur karena hasil bumi yang berupa padi dan palawija maupun hasil hutan yang melimpah. Ritual ini sangat disakralkan oleh masyarakat Desa Sudaji karena berhubungan dengan hal-hal niskala. Konon, pada waktu dulu, karena satu dan lain hal, masyarakat pernah tidak mengadakan ritual ini. Dan sesudahnya terjadi musibah yang tidak diinginkan, seperti adanya orang yang sakit yang tidak bisa diobati secara medis. Ada pula kejadian aneh berupa hasil panen yang sangat merugi seperti tanaman padi yang "puyung" (bulir padinya kosong, tidak ada isinya. Dengan kejadian itu, masyarakat tidak berani lagi untuk tidak mengadakan ritual ini.
Pelinggih Bukakak menggunakan babi berbulu hitam, tidak boleh ada belangnya. Babi yang berumur 1 tahun ini kemudian digiring dulu ke Pura Desa untuk diupacarai dan memohon berkah dari Ida Betara pada sore hari saat Upacara Merejang. Kemudian babi itu disembelih lalu dipanggang, dan setelah cukup waktu untuk dipanggang, babi tersebut diikatkan pada usungan bambu yang berbentuk tanda X (silang).
Babi yang dipakai untuk Guling Bukakak diupacarai di Jaba Tengah Pura Desa Sudaji
Persiapan membuat Pelinggih Bukakak
Pemuda-pemuda yang berbadan kekar "Maturan Nyongsong" (yang mengusung) Bukakak bersiap-siap memakai pakaian adat, berupa udeng putih dan saput poleng.
Sebagai tanda siap-siap, para "Nyongsong" (pengusung) membunyikan kulkul di Bale Pebatan Pura Desa Sudaji.
Jro Darsana, sosok kharismatik dari Dusun Dukuh Sudaji adalah tokoh yang sangat dihormati (Penglingsir) dalam ritual Pekakak.
Pengusung melakukan persembahyangan di Jeroan Pura Desa untuk mendapat panugerahan sehingga dalam arak-arakan nanti mendapat perlindungan dari Ida Betara.
Pelinggih Pekakak dengan babi yang diikat menyilang pada usungan bambu. Kesan magis tampak dari kepala babi yang diselipi dupa yang mengepulkan asap.
Pelinggih Pekakak tengah diturunkan dari Jaba Tengah Pura Desa ke Jabaan.
Pengusung yang berjumlah 16 orang siap berlaga dikawal oleh polisi.
Pelinggih Pekakak dipasupati di depan Pura Desa.
Saatnya mulai mengarak Pekakak dinantikan oleh penonton yang sudah menunggu dari sore hari.
Suasana arak-arakan di pusat desa (Catus Pata)
Kerumunan penonton yang ingin melihat dari dekat dapat membahayakan diri sendiri karena bisa terkena seruduk Pekakak yang tak terkendali.
Semangat Pengusung ditingkahi dengan sorak-sorai penonton yang antusias. Hingar bingar mewarnai malam hari di Desa Sudaji.
Pembawa obor "danyuh" bersiap membanting api obor ke badan Bukakak.
Bara api tumpah di atas Bukakak dan bunga api memercik mengenai pengusung, namun mereka tidak apa-apa berkat penugrahan dari Sesuhunan Bukakak. Suasana bertambah riuh rendah dan penonton semakin agresif.