Mrejang adalah rangkaian upacara di Pura Desa Sudaji yang dilaksanakan pada hari ketiga atau terakhir pada piodalan Karya Desa. Mrejang adalah ritual mengelilingi halaman Jaba Tengah sebanyak tiga kali yang diikuti para Ulu Desa, Pesaren, Teruna, Sekeha Tempek dan lain-lain dengan berjalan beriringan mengikuti Petapakan Barong. Kemudian ada tari-tarian sakral yang ditarikan oleh beberapa pemedek baik tua, muda, laki atau perempuan. Para penari ini bukanlah dari kalangan penari profesional, namun dari kalangan biasa dengan gerakan tari yang sederhana penuh penjiwaan namun kelihatan sakral dalam suasana khidmat dengan mengikuti iringan tetabuhan mrejang dari Gong Gede. Para penari berbaris hingga 10 orang dan bergantian menari menghadap ke arah Jeroan. Maksud dari tarian ini adalah sebagai persembahan suci untuk menyambut dan sekaligus menghibur kedatangan para Dewata yang telah turun dari kahyangan untuk merestui jalannya upacara atau piodalan di Pura Desa. Melalui tarian ini kita merasakan puji syukur dan terima kasih atas segala karunianya berupa hasil bumi yang melimpah.
Babi hitam diupacarai sebelum digunakan sebagai Bukakak pada malam harinya setelah acara Mrejang
Petapakan Barong mengawali prosesi Mrejang diikuti oleh pengiring lainnya
Para pemedek yang marek (tangkil) berkerumun menyaksikan acara Mrejang
Seorang wisatawan asing tampak antusias mengikuti jalannya upacara Mrejang dan mengabadikannya melalui kameranya.
Tarian Mrejang yang ditarikan oleh beberapa pemedek berdiri diantara pemedek lain
Selesai "muspa" atau "mebakti" para Pemangku memercikkan air suci "tirta" dan dibantu Pesaren untuk membagikan "bija"
Hingga senja menjelang, selesai acara Mrejang, para pemedek pulang kembali ke rumah masing-masing dan bersiap untuk menonton Bukakak
Suasana di luar Pura Desa (Jabaan) setelah selesai upacara Mrejang sebagai tanda berakhirnya rangkaian upacara Karya Desa.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar