Pada piodalan Karya Desa di Pura Bale Agung Desa Adat Pakraman Sudaji tanggal 28 Juli 2018 lalu, untuk pertama kalinya, sekelompok ibu-ibu mempersembahkan Tari Rejang Renteng yang lagi berkembang dan ngetrend di Bali.
Tari Rejang Renteng adalah salah satu bentuk tari wali atau sakral yang hanya dipentaskan pada saat piodalan di pura. Busana tari ini sangat sederhana namun elegan dan rapi yaitu kebaya putih dan bawahan warna kuning. Gerakannya juga cukup sederhana dan khidmat dan tidak agresif. Tari Rejang Renteng dibawakan oleh kaum ibu-ibu yang umumnya di suatu desa dibentuk dari grup ibu-ibu PKK. Tentu saja tujuannya adalah untuk ngayah dan sebagai persembahan bhakti kepada Dewa-dewi.
Gerak utama pada tarian ini disebut Nyalud dan Ngelung. Nyalud adalah gerak
tangan yang mengarah kedalam dengan kedua lengan menutup dan membuka di depan
dada dan posisi kaki secara bergantian kanan dan kiri berada di depan.
Sedangkan Ngelung adalah gerakan merebahkan diri ke kanan dan ke kiri disertai satu
tangan lurus ke samping dan satu menekuk ke arah dada. Pada bagian akhir pada
tarian ini dinamakan memande, yakni gerakan dalam bentuk melingkar
(renteng), di mana para penari memegang selendang penari lainnnya yang
ada di depannya membentuk lingkaran yang tak putus.
Rejang Renteng kini hampir di
masing-masing desa membangkitkannya. Selain sebagai tari wali yang
berfungsi untuk pangider bhuana, juga tergolong tarian sakral.
Rejang Renteng adalah satu jenis tarian yang
dilakukan secara berkelompok dengan jumlah yang cukup banyak, pakainnya
sangat sederhana, menggunakan sebuah selendang yang lebih panjang di pinggang.
Para penari diikat dalam suatu rangkaian yang disebut dengan renteng,
menggunakan benang berwarna putih. Sedangkan ciri khusus tarian ini,
lanjutnya, sebagai pangider bhuana di pura yang dihaturkan sebuah upkara,
yakni berupa sebuah jempana sebagai lingggih Ida Bhatara yang dituntun oleh
mereka.
Tari Rejang Renteng memberikan makna
kepada semua orang yang ada di bumi ini untuk melepas ego pribadi. Setiap orang
harus mencapai bagian terbaik dan harus menyamakan ritme dengan orang lain di
lingkungannya, tanpa ada rasa iri dan dengki, tanpa saling mendahului
(tanpa persaingan), sehingga menjadi pribadi penuh kasih dan siap saling
membantu menuju jalan yang diberkati Tuhan. Tari Rejang Renteng berasal dari
Nusa Pendiam, Banjar Saren, Klungkung. Renteng berasal dari kata rente yang
berarti tua. Rejang Renteng ditarikan oleh orang yang sudah kawin (tua).
Tua mempunyai arti luas, yaitu
dilihat dari gerakannya yang halus, keharmonisan antara musik dan gerakannya,
kostum yang sederhana serta tidak memakai gelungan, hanya memakai bunga jepun,
sanggul Bali, baju kebaya putih polos kutu baru tangan panjang, kain kuning, dan selendang kuning. Aslinya
memakai tapih putih, musiknya sederhana tidak banyak kotekan (polos), halus,
ritmis, dan dinamis.