Bapak Ketut Subrata adalah sosok seniman bersahaja yang terkenal di Desa Sudaji sebagai seniman pembuat bade (wadah). Sudah berapa puluh bade sudah pernah dikerjakannya, tidak saja untuk keperluan ngaben di Sudaji, namun juga sering mendapat pesanan dari luar desa. Tidak sembarang seniman bisa membuat konstruksi bade/wadah karena diperlukan perhitungan yang matang, pemilihan bahan yang tepat serta waktu yang telah direncanakan. Konstruksi bade yang terdiri dari potongan bilah bambu yang diikat sedemikian rupa sudah menjadi ahlinya bagi Bapak Ketut Subrata. Apabila konstruksi bade tersebut salah perhitungan maka dapat menjadi tidak seimbang dan bisa saja ambruk ketika digotong oleh orang banyak.
Di usianya yang sudah lebih dari 60 tahun (lahir sekitar tahun 1944) beliau masih tetap enerjik dan selalu penuh tawa dan canda. Sifatnya yang rendah hati membuat orang lain menyenanginya untuk berbincang-bincang.
Selain membuat bade/wadah beliau juga membuat ukiran kayu, paras, pasir hitam (bias melela) sanggah dan lain-lain pekerjaan seni.
Kini anaknya Wayan Astawa sudah ikut aktif membantu Bapak Ketut Subrata dan mengikuti jejaknya sebagai seniman.
Bapak Ketut Subrata
Bapak Ketut Subrata sedang mendirikan konstruksi bade bersama anaknya
Bapak Ketut Subrata memasang perhiasan bade
Santai dua generasi Bapak dan Anak
Bade/wadah karya Bapak Ketut Subrata saat diarak pada upacara ngaben